Selasa, 03 Agustus 2010

SOSIAL POLITIK

Apa itu Hak Asasi Manusia?
Ditulis oleh Syaldi Sahude

Secara sederhana, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki oleh setiap umat manusia sejak terlahir di dunia. Hak tersebut menyatu dalam diri seseorang tanpa mengenal bangsa, warna kulit, agama, afiliasi politik dan lain-lainnya1. Semua orang terlahir dengan hak yang sama sama tanpa pengecualian.

Menurut Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM)2, semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Sementara, Undang-Undang No. 39/1999 tentang HAM menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak Asasi Manusia memiliki beberapa prinsip, yaitu:

1. Universal
2. Saling terkait
3. Tidak terpisahkan
4. Kesetaraan dan non-diskriminasi
5. Hak Serta Kewajiban Negara
6. Tidak dapat diambil oleh siapapun

Saat ini, HAM telah menjadi standar norma internasional untuk melindungi setiap manusia dari setiap tindakan; baik secara politik, hukum dan sosial yang melanggar hak seseorang. Acuan utama dalam HAM adalah Deklarasi Hak Asasi Manusia. Dalam deklarasi tersebut, terdapat 10 hak dasar dari setiap manusia yang wajib dijamin oleh setiap negara, yaitu:

1. Hak Untuk Hidup: hak untuk hidup dan meningkatkan taraf hidup, hidup tentram, aman dan damai dan lingkungan hidup

2. Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan: Hak untuk membentuk suatu keluarga melalui perkawinan yang sah

3. Hak Mengembangkan kebutuhan dasar: hak untuk pemenuhan diri, hak pengembangan pribadi, hak atas manfaat iptek, dan hak atas komunikasi

4. Hak memperoleh keadilan: hak perlindungan hukum, hak keadilan dalam proses hukum, dan hak atas hukum yang adil

5. Hak atas kebebasan dari perbudakan: hak untuk bebas dari perbudakan pribadi, hak atas keutuhan pribadi, kebebasan memeluk agama dan keyakinan politik, kebebasan untuk berserikat dan berkumpul, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, dan status kewarganegaraan

6. Hak atas rasa aman: hak mencari suaka dan perlindungan diri pribadi

7. Hak atas kesejahteraan: hak milik, hak atas pekerjaan, hak untuk bertempat tinggal layak, jaminan sosial, dan perlindungan bagi kelompok rentan

8. Turut serta dalam pemerintahan: hak pilih dalam pemilihan umum dan hak untuk berpendapat

9. Hak perempuan: hak pengembangan pribadi dan persamaan dalam hukum dan hak perlindungan reproduksi

10. Hak anak: hak hidup untuk anak, status warga negara, hak anak yang rentan, hak pengembangan pribadi dan perlindungan hukum, dan hak jaminan sosial anak.

Di Indonesia, Hak Asasi Manusia dimasukkan dalam konstitusi negara melalui Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-2, Bab XA pasal 28A. Kemudian dikuatkan juga oleh Undang-Undang No. 39/1999 tentang HAM; Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

politik

Beranikah Obama Melayani Tantangan Ahmadinejad?

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad untuk kesekian kalinya menantang presiden AS untuk melakukan debat terbuka di televisi agar masyarakat dunia tahu siapa yang punya solusi paling baik untuk menyelesaikan berbagai persoalan dunia. Kali ini, tantangan itu ditujukan pada Presiden AS Barack Obama.

Dulu, ketika George W. Bush masih menjadi presiden AS, Ahmadinejad juga menyampaikan tantangan serupa. Tapi Bush tidak punya cukup nyali untuk menjawab tantangan itu dan menganggap ajakan itu sebagai bentuk provokasi. Bagaimana dengan Obama, apakah ia juga punya keberanian untuk berdebat langsung dengan Ahmadinejad?

"Di akhir musim panas nanti (akhir September), kami mudah-mudahan akan hadir dalam pertemuan Dewan Umum PBB dan saya siap bicara satu lawan satu dengan Obama, di hadapan media massa," kata Ahmadinejad dalam sebuah konferensi di Tehran, Senin (2/8).

"Kami akan menawarkan solusi kami untuk berbagai persoalan dunia dan kita lihat solusi siapa yang lebih baik," sambung Ahmadinejad. Ia juga mengatakan bahwa pendahulu Obama, Presiden George W. Bush menolak tantangan yang sama karena Bush takut.

Presiden Iran menantang debat Obama di tengah ancaman sanksi baru dunia internasional terkait program nuklir Iran, yang dimotori oleh AS dan sekutu-sekutunya. AS tetap menuding Iran sedang mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklirnya meski hasil pemeriksaan Badan Energi Atom Internasional dan beberapa komunitas intelijen di AS menyatakan bahwa Iran masih jauh dari kemampuan untuk memproduski senjata nuklir.

Dalam pidatonya, selain menantang debat Obama, Ahmadinejad mengecam sanksi yang dikenakan pada negaranya dan ancaman serangan militer terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran oleh AS dan Israel.

"Memangnya siapa yang akan menyerang kita? Rezim Israel? ... Kita tidak memandang Israel selevel dengan kita, apalagi memikirkan bahwa Israel mau menyerang kita," tukas Ahmadinejad.

"Mereka bilang mau mengenakan sanksi? Lakukan saja. Berapa resolusi yang telah Anda keluarkan sampai sekaran? Empat? Buatlah sampai 4.000 resolusi," tandasnya menyindir yang disambut tepuk tangan para hadirin.

Ahmadinejad menyebut kebijakan-kebijakan luar negeri AS berdasarkan kolonialisme dan "hukum rimba". Ia menyatakan siap bicara dengan AS asalkan atas dasar saling menghormati dan keadilan. "Kami selalu siap diajak bicara, rakyat Iran tidak pernah dan tidak akan pernah memilih perang," kata Ahmadinejad.

politik

Beranikah Obama Melayani Tantangan Ahmadinejad?


Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad untuk kesekian kalinya menantang presiden AS untuk melakukan debat terbuka di televisi agar masyarakat dunia tahu siapa yang punya solusi paling baik untuk menyelesaikan berbagai persoalan dunia. Kali ini, tantangan itu ditujukan pada Presiden AS Barack Obama.
Dulu, ketika George W. Bush masih menjadi presiden AS, Ahmadinejad juga menyampaikan tantangan serupa. Tapi Bush tidak punya cukup nyali untuk menjawab tantangan itu dan menganggap ajakan itu sebagai bentuk provokasi. Bagaimana dengan Obama, apakah ia juga punya keberanian untuk berdebat langsung dengan Ahmadinejad?

"Di akhir musim panas nanti (akhir September), kami mudah-mudahan akan hadir dalam pertemuan Dewan Umum PBB dan saya siap bicara satu lawan satu dengan Obama, di hadapan media massa," kata Ahmadinejad dalam sebuah konferensi di Tehran, Senin (2/8).

"Kami akan menawarkan solusi kami untuk berbagai persoalan dunia dan kita lihat solusi siapa yang lebih baik," sambung Ahmadinejad. Ia juga mengatakan bahwa pendahulu Obama, Presiden George W. Bush menolak tantangan yang sama karena Bush takut.

Presiden Iran menantang debat Obama di tengah ancaman sanksi baru dunia internasional terkait program nuklir Iran, yang dimotori oleh AS dan sekutu-sekutunya. AS tetap menuding Iran sedang mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklirnya meski hasil pemeriksaan Badan Energi Atom Internasional dan beberapa komunitas intelijen di AS menyatakan bahwa Iran masih jauh dari kemampuan untuk memproduski senjata nuklir.

Dalam pidatonya, selain menantang debat Obama, Ahmadinejad mengecam sanksi yang dikenakan pada negaranya dan ancaman serangan militer terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran oleh AS dan Israel.

"Memangnya siapa yang akan menyerang kita? Rezim Israel? ... Kita tidak memandang Israel selevel dengan kita, apalagi memikirkan bahwa Israel mau menyerang kita," tukas Ahmadinejad.

"Mereka bilang mau mengenakan sanksi? Lakukan saja. Berapa resolusi yang telah Anda keluarkan sampai sekaran? Empat? Buatlah sampai 4.000 resolusi," tandasnya menyindir yang disambut tepuk tangan para hadirin.

Ahmadinejad menyebut kebijakan-kebijakan luar negeri AS berdasarkan kolonialisme dan "hukum rimba". Ia menyatakan siap bicara dengan AS asalkan atas dasar saling menghormati dan keadilan. "Kami selalu siap diajak bicara, rakyat Iran tidak pernah dan tidak akan pernah memilih perang," kata Ahmadinejad.